Jumat, 26 Agustus 2011

Panggilan ku..

Nama ku Hilmia Madani. Wanita asal bekasi yang asli keturunan orang bekasi, mulai dari engkongnya ibu dan bapak ku. Namun anehnya memiliki logat yang aga kesunda-sundaan saat berbicara. Maklum, 6 tahun tinggal di daerah sunda jadi kebawa-bawa deh logatnya,hehe..

Sejak kecil teman-teman memanggilku dengan nama mia. Begitu juga dengan keluargaku. Sampai-sampai waktu SD dulu, aku megira kalau ejaan namaku itu Hil Mia Madani karena yang sering digunakan itu potongan kata Mia dari kata Hilmia. Hingga pada akhir kelas 6 SD aku baru tau kalau namaku itu Hilmia tanpa ada spasi di tengahnya setelah aku membaca akte kelahiranku yang ibu berikan padaku ketika mengurus dokumen masuk SMP.

Saat aku memasuki dunia SMP, aku pun mengenalkan diriku dengan panggilan Mia. Disana aku memiliki banyak teman. Canda gurauanpun tak lepas dari keseharian kami. Sampai kami pun mengubah nama-nama kami tanpa sebab. Hanya bercandaan saja yang dimulai dari satu orang yang mengubah nama teman ku. Karena saat itu kami sedang menghapal kata-kata dari bahasa arab, dan di akhir kalimatnya selalu berbunyi –un. Akhirnya untuk menghilangkan penat menghapal yang tak kunjung selesai, naluri jail temanku muncul dan dia merubah nama ku menjadi Mi’un. Tak pelak aku juga balik merubah namanya menjadi Far’un yang awalnya Farah. Ya, aku ingat sekali. Orang pertama yang memberikan nama itu padaku adalah Farah Nuri Eka Putri, teman SMP ku yang pertama aku kenal dan juga anak dari temannya ibuku. Aku tidak marah dia merubah nama ku itu, karena aku pikir itu hanya candaan saja. Tapi pada akhirnya nama itu terus bergeming di telingaku hingga kini. Teman-teman dekatku yang lain pun ikut memanggilku dengan nama Mi’un, tapi untuk saat-saat tertentu saja. Lucu juga,hehe..

Di masa SMA, tidak jauh berbeda dengan masa SMP ku karena aku sekolah di sekolahan yang sama di Kota (sekarang) Cipanas di dekat Istana Kepresidenan Cipanas. Semua orang mengenalku dengan nama Hilmia Madani dan memanggilku Mia. Tapi adik-adik kelas ku menambahkannya dengan awalan kakak atau kak, menjadi Kak Mia. Saudara-saudaraku di rumah juga biasa memanggiku kakak Mia. Tapi entah kenapa aku merasa senang saja ketika ada adik kelasku yang memanggilku Teteh, sebutan kakak di daerah sunda, jadi gimanaa gitu,hihi.. Hanya beberapa orang guru saja yang memanggilku dengan nama Hilmi. Ya, Pak Deni Haryadi guru kesenian ku sejak SMP, yang banyak disegani oleh murid-muridnya dan kadang suka menggodaku dengan menjodohkanku dengan kakak kelasku. Tapi setelah ku dengar lagi, sepertinya lucu juga dipanggil Hilmi :)

Akhirnya aku memasuki dunia  perkuliahan. Tak ada satupun yang mengenaliku sebelumnya. Jadi, aku berfikir untuk memperkenalkan diri dengan nama lain tidak seperti biasanya, toh ga ada yang tau. Apalagi setelah aku tau ada yang bernama Mia juga di kelas ku, maka aku ingin teman-temanku memanggilku Hilmia. Jadilah teman-teman di kampusku memanggilku Hilmia, walaupu ada juga beberapa yang memanggilku Mia, karena ketika mengobrol dengan teman-teman aku menyebut diriku dengan nama Mia, bukan Aku, Gw atau pun saya (hanya untuk kondisi tertentu). Karena yang bernama Mia itu banyak juga di kampus, maka dikenalah aku dengan nama Hilmia. Jika ada yang bertanya “Mia yang mana?” maka dijawab “Itu si Hilmia anak Matematika”. Jadi seneng deh,hehe..

Ketika sedang buru-buru memanggil seseorang, kita pasti menggunakan penggalan nama di suku pertama atau terakhir nama orang tersebut. Jika namanya Nadia, maka dia dipanggil “Nad, kue yang disini mana?”. Atau Anto “To,bayar utang dong!”. Ada juga nama yang bisa di penggal diawal dan diakhirnya seperti Yusril “Yus, kapan pulang ke rumah?” atau “Ril, rapatnya dimana?” Dan masih banyak lagi. bebas aja sih kita memenggal nama orang seperti diatas, asal yang punya namanya ga terganggu. Kalau aku, teman-temanku lebih sering memenggal nama ku dengan “Mi..!” padahal di kelas yang namanya berawalan Mi itu banyak, jadi sering terjadi salah panggil di kelas. Makanya harus jelas. Tapi ada juga yang memenggal nama depanku “Hil..!”. Sebelumnya aku belum pernah dipanggil seperti itu. Tapi sepertinya keren juga panggilannya,hehe.. Ya aku senang jika ada orang yang memanggilku Hil. Aku tidak masalah dipanggil Mia atau Mi atau Mimi, tapi entah kenapa aku lebih senang jika aku dipanggil dengan nama depanku, Hilmia. Biar maknanya utuh ga kepotong-potong. Jadi, panggil aku Hilmia ya! Atau tegur aku dengan sapaan Hil,, :)

Di dalam hadist pun disebutkan bahwa kita tidak boleh memanggil orang dengan nama yang jelek yang si empunya nama tidak suka. So, jangan sembarangan mengganti nama orang ya, kecuali dengan persetujuan yang punya nama. Okeh ^_^b


NAMAKU HILMIA MADANI

Namaku Hilmia Madani. Bagus kan? hehe.. Ya aku sangat bersyukur mendapat nama seindah itu. Dua kata yang sederhana namun luar biasa. Nama ini pemberian dari kedua orang tua ku khusus untuk putrinya, yaitu aku.

Secara etimologi, dua kata ini memiliki makna yang positif. Ya, karena nama adalah doa dari orang tua untuk anak-anaknya. Hilmia dan Madani keduanya berasal dari bahasa arab. Hilmia berasal dari kata hilmi yang artinya tenang. Aku akui, aku masih termasuk dalam kategori orang yang kalem atau pendiam, walau terkadang di suatu kondisi hal itu tidak berlaku lagi,hehe.. Ini bukan aku yang bilang, banyak teman-temanku yang bilang bahwa aku adalah orang yang pendiam. Padahal sebenarnya ga pendiam-pendiam amat siy, kadang-kadang,hehe..  mungkin kata yang lebih tepat bukan pendiam, tapi kalem. Apa bedanya? Ya entahlah.. Mungkin untuk itu ibuku memilihkan kata Hilmia agar aku menjadi anak yang shalihah yang penuh dengan kedamaian dan dapat memberikan ketenangan. Semoga saja. Amin.

Dan Madani asal kata dari kata madinah yaitu kota. Jika kita melihat sejarah peradaban islam, maka sebaik-baiknya kota pada saat itu adalah kota Madinah, bahkan Nabi Muhammad mengubah nama kota tempatnya berhijrah yaitu kota Yastrib menjadi kota Madinah. Dan kata Madani pun dalam bahasa indonesia sering disandingkan dengan kata masyarakat, menjadi Masyarakat Madani, yaitu masyarakat yang berbudi, atau dapat juga dikatakan sebaik-baiknya masyarakat. Dan disini Ayahku berharap agar aku menjadi yang terbaik nantinya kelak besar nanti.

Secara historis, pemberian nama Hilmia Madani ini dilatar belakangi oleh beberapa musabab. Mengapa ibuku memilihkan nama Hilmia dan ayahku menambahkan kata Madani setelahnya. Pertama, ibuku dulu memiliki teman seorang aktifis juga sama seperti ibuku yang bernama Hilmia, orangnya pintar, baik, cerdas, aktif dan ibuku mengagumi orang itu. Maka itulah terpilih nama Hilmia agar kelak aku dapat menjadi seperti teman ibuku itu. Dan sekarang, yah mirip-mirip sedikitlah,hehe..

Kedua, aku lahir tanpa ayah. Maksudnya, ketika aku dilahirkan, ayahku sedang tidak ada di indonesia. Kala itu ayahku sedang menunaikan ibadah haji. Tepat saat kelahiranku, ayahku sedang berada di kota Madinah. Maka dipilihlah kata Madani yang terispirasi dari kata Madinah itu setelahnya, "biar jadi kenang-kenangan" begitu kata ayahku. Hmm.. seperti oleh-oleh dari sana saja aku ini. Ckckckck.. Tapi aku senang, setidaknya beberapa orang mengira aku ini anak impor yang dilahirkan di Madinah sana,hehe.. Karena pada awalnya, ibu dan ayah ku berencana untuk pergi haji bersama karena pada saat itu yang memberangkatkan dari kantor ayahku, namun takdir berkata lain, mereka tidak pergi ke tanah suci bersama karena Allah menitipkan aku di perut ibuku. Untuk ayah dan ibuku, peace ya! Bukannya mau ganggu, tapi ini sudah kehendak tuhan,hehe.. ^_^

Aku tidak akan pernah menyesal memiliki nama yang begitu indah ini. Hilmia Madani. Namaku berada di urutan tengah-tengah dalam buku absen. Jadi, aku bukan yang paling awal dipanggil dan juga tidak terlalu lama menunggu di urutan terakhir, karna aku ditengah-tengah. Hehe.. selain itu namaku juga mudah dihapal karena tidak terlalu panjang. Walaupun banyak yang bernama Hilmia, tapi tak ada lagi satupun yang bernama Hilmia Madani.

Semoga ribuan bahkan jutaan doa kedua orang tuaku yang terkandung dalam nama ini dapat terwujud. Jangan hentikan doa mu pada ku dan empat saudaraku yang lain. Yang juga kau berikan nama-nama indah penuh makna pada kakak sulungku Dini Syahidah, kakak kedua ku Yusril Amri, dan dua adik bungsu ku Fathurrahman dan Fathurrahim. Dan namamu, oh ayahanda Ibnu Hajar Arasy dan ibunda Nur Fadhliyah, pasti akan terus terukir indah dalam sanubari kami, anak-anakmu. Terimakasih Ayah Ibu.

Syukurku Ya Rabb... limpahkan lah selalu rahmat dan kasih sayang Mu pada mereka dan ampunilah dosa-dosanya. Tuntunlah mereka ke Jannah Mu Rabb.. Amin.


Wallau'alambisshowab...