Nama ku Hilmia Madani. Wanita asal bekasi yang
asli keturunan orang bekasi, mulai dari engkongnya ibu dan bapak ku. Namun anehnya memiliki logat yang aga kesunda-sundaan saat berbicara. Maklum, 6 tahun tinggal di daerah sunda
jadi kebawa-bawa deh logatnya,hehe..
Sejak kecil teman-teman memanggilku dengan
nama mia. Begitu juga dengan keluargaku. Sampai-sampai waktu SD dulu, aku
megira kalau ejaan namaku itu Hil Mia Madani karena yang sering digunakan itu
potongan kata Mia dari kata Hilmia. Hingga pada akhir kelas 6 SD aku baru tau
kalau namaku itu Hilmia tanpa ada spasi di tengahnya setelah aku membaca akte
kelahiranku yang ibu berikan padaku ketika mengurus dokumen masuk SMP.
Saat aku memasuki dunia SMP, aku pun
mengenalkan diriku dengan panggilan Mia. Disana aku memiliki banyak teman.
Canda gurauanpun tak lepas dari keseharian kami. Sampai kami pun mengubah
nama-nama kami tanpa sebab. Hanya bercandaan saja yang dimulai dari satu orang
yang mengubah nama teman ku. Karena saat itu kami sedang menghapal kata-kata
dari bahasa arab, dan di akhir kalimatnya selalu berbunyi –un. Akhirnya untuk
menghilangkan penat menghapal yang tak kunjung selesai, naluri jail temanku
muncul dan dia merubah nama ku menjadi Mi’un. Tak pelak aku juga balik merubah
namanya menjadi Far’un yang awalnya Farah. Ya, aku ingat sekali. Orang pertama
yang memberikan nama itu padaku adalah Farah Nuri Eka Putri, teman SMP ku yang
pertama aku kenal dan juga anak dari temannya ibuku. Aku tidak marah dia
merubah nama ku itu, karena aku pikir itu hanya candaan saja. Tapi pada
akhirnya nama itu terus bergeming di telingaku hingga kini. Teman-teman dekatku
yang lain pun ikut memanggilku dengan nama Mi’un, tapi untuk saat-saat tertentu
saja. Lucu juga,hehe..
Di masa SMA, tidak jauh berbeda dengan masa
SMP ku karena aku sekolah di sekolahan yang sama di Kota (sekarang) Cipanas di
dekat Istana Kepresidenan Cipanas. Semua orang mengenalku dengan nama Hilmia
Madani dan memanggilku Mia. Tapi adik-adik kelas ku menambahkannya dengan
awalan kakak atau kak, menjadi Kak Mia. Saudara-saudaraku di rumah juga biasa
memanggiku kakak Mia. Tapi entah kenapa aku merasa senang saja ketika ada adik
kelasku yang memanggilku Teteh, sebutan kakak di daerah sunda, jadi gimanaa
gitu,hihi.. Hanya beberapa orang guru saja yang memanggilku dengan nama Hilmi.
Ya, Pak Deni Haryadi guru kesenian ku sejak SMP, yang banyak disegani oleh
murid-muridnya dan kadang suka menggodaku dengan menjodohkanku dengan kakak
kelasku. Tapi setelah ku dengar lagi, sepertinya lucu juga dipanggil Hilmi :)
Akhirnya aku memasuki dunia perkuliahan.
Tak ada satupun yang mengenaliku sebelumnya. Jadi, aku berfikir untuk
memperkenalkan diri dengan nama lain tidak seperti biasanya, toh ga ada yang
tau. Apalagi setelah aku tau ada yang bernama Mia juga di kelas ku, maka aku
ingin teman-temanku memanggilku Hilmia. Jadilah teman-teman di kampusku
memanggilku Hilmia, walaupu ada juga beberapa yang memanggilku Mia, karena
ketika mengobrol dengan teman-teman aku menyebut diriku dengan nama Mia, bukan
Aku, Gw atau pun saya (hanya untuk kondisi tertentu). Karena yang bernama Mia
itu banyak juga di kampus, maka dikenalah aku dengan nama Hilmia. Jika ada yang
bertanya “Mia yang mana?” maka dijawab “Itu si Hilmia anak Matematika”. Jadi seneng deh,hehe..
Ketika sedang buru-buru memanggil seseorang,
kita pasti menggunakan penggalan nama di suku pertama atau terakhir nama orang
tersebut. Jika namanya Nadia, maka dia dipanggil “Nad, kue yang disini mana?”.
Atau Anto “To,bayar utang dong!”. Ada juga nama yang bisa di penggal diawal dan
diakhirnya seperti Yusril “Yus, kapan pulang ke rumah?” atau “Ril, rapatnya
dimana?” Dan masih banyak lagi. bebas aja sih kita memenggal nama orang seperti
diatas, asal yang punya namanya ga terganggu. Kalau aku, teman-temanku lebih
sering memenggal nama ku dengan “Mi..!” padahal di kelas yang namanya berawalan
Mi itu banyak, jadi sering terjadi salah panggil di kelas. Makanya harus jelas.
Tapi ada juga yang memenggal nama depanku “Hil..!”. Sebelumnya aku belum pernah
dipanggil seperti itu. Tapi sepertinya keren juga panggilannya,hehe.. Ya aku
senang jika ada orang yang memanggilku Hil. Aku tidak masalah dipanggil Mia
atau Mi atau Mimi, tapi entah kenapa aku lebih senang jika aku dipanggil dengan
nama depanku, Hilmia. Biar maknanya utuh ga kepotong-potong. Jadi, panggil aku
Hilmia ya! Atau tegur aku dengan sapaan Hil,, :)
Di dalam hadist pun disebutkan bahwa kita
tidak boleh memanggil orang dengan nama yang jelek yang si empunya nama tidak
suka. So, jangan sembarangan mengganti nama orang ya, kecuali dengan
persetujuan yang punya nama. Okeh ^_^b